Kartun penampang melintang Sangihe-Halmahera. Bagian ungu di bawah menunjukkan lempeng Laut Maluku yang tertekan dari dua sisi. |
Bagaimana gempa tersebut terjadi? Pakar tektonik dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Irwan Meilano, mengungkapkan, gempa yang terjadi di perairan antara Sulawesi dan Maluku itu terjadi akibat aktivitas subduksi ganda lempeng laut Maluku.
Subduksi ganda tersebut terbentuk akibat tekanan dari lempeng laut Filipina di sebelah timur, pada zona Halmahera, dengan laju penunjaman 6,7 cm per tahun. Di barat, lempeng Eurasia menekan ke timur dengan laju 1,7 cm per tahun pada zona Sangihe.
"Akibat penunjaman tersebut, terjadi kompresi arah barat dan timur di bagian tengah, " urai Irwan saat dihubungi Kompas.com, hari ini. Kompresi kemudian memicu aktivitas kegempaan.
Kompresi tersebut pada hari ini memicu gempa. Gempa terjadi dengan mekanisme sesar naik. Gempa seperti itulah yang biasa terjadi akibat di zona subduksi. Biasanya, gempa dengan mekanisme sesar naik juga yang memicu tsunami.
Berdasarkan informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, gempa mengakibatkan tsunami kecil setinggi 0.03 meter di Manado dan 0,9 meter di Halmahera, Maluku. Gempa juga mengakibatkan sebagian bangunan di lantai 7 Hotel dan Plaza Lion Manado ambruk.
Meski gempa hari ini hanya memicu tsunami kecil, Irwan mengungkapkan bahwa wilayah antara Sangihe dan Halmahera punya potensi gempa yang tinggi. Gempa besar pernah terjadi tahun 1858 dan memicu tsunami.
Sementara potensi gempa tinggi, kesiapan menghadapi gempa tergolong rendah. Irwan mengatakan, peringatan dini stunami di wilayah Halamera, Sangihe dan Sulawesi Utara masih belum terbangun dengan baik. Akibatnya, kerentanan tinggi. Perbaikan dan peningkatan kewaspadaan diperlukan.
Sumber : Kompas
No comments:
Post a Comment